
Banda Aceh – Pendidikan yang ideal tak hanya menekankan fisik dan kedisiplinan, tetapi juga harus menyentuh dimensi intelektual, emosional, dan spiritual secara seimbang. Pesan ini disampaikan oleh Gubernur Lemhannas RI, TB Ace Hasan Syadzily, saat menghadiri perayaan Milad ke-47 Majelis Dakwah Islam (MDI) di Padepokan Persinas ASAD, kompleks Ponpes Minhaajurrosyidin, Selasa (27/5).
Menurutnya, karakter anak tidak bisa dibentuk secara instan—apalagi melalui metode kekerasan atau pendekatan militer. Justru, lingkungan sekitar memiliki peran besar dalam membentuk perilaku anak.
“Kita percaya, tidak ada anak yang benar-benar nakal. Masalah perilaku biasanya berasal dari lingkungan—baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Maka, yang perlu diperbaiki adalah lingkungan itu sendiri,” ujar Ace Hasan.
Ia menekankan pentingnya metode pendidikan yang menyeluruh dan terintegrasi untuk melahirkan generasi unggul dan berkarakter.
Pernyataan serupa disampaikan Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso. Ia menyebut bahwa sistem pendidikan di pondok pesantren LDII menolak keras pendekatan militeristik, dan justru membangun kedisiplinan melalui pembinaan karakter dan lingkungan yang mendukung.
“Kami khawatir jika pendekatan militeristik malah berujung pada kekerasan. Disiplin bisa dibangun tanpa tekanan fisik. Di LDII, kami punya 29 karakter luhur sebagai fondasi pendidikan santri,” jelasnya.
KH Chriswanto juga menjelaskan berbagai langkah konkret yang telah dilakukan LDII, seperti pelatihan untuk para pamong lewat program Sekolah Pamong, pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK), serta pengembangan Sekolah Virtual Kebangsaan.
“Santri kami didampingi oleh para pamong. Maka yang harus dibekali terlebih dahulu adalah para pamong itu sendiri,” tambahnya.
Ia juga menyampaikan kesiapan LDII untuk menjalin kolaborasi lebih luas dengan Lemhannas dalam memperkuat pendidikan karakter dan nilai-nilai kebangsaan di pesantren. Menurutnya, hal ini sejalan dengan upaya Lemhannas dalam membentuk generasi muda yang cinta tanah air dan berintegritas tinggi.
Dengan pendekatan pendidikan yang menyeluruh, Lemhannas dan LDII berharap bisa mencetak generasi penerus bangsa yang bukan hanya pintar secara akademik, tapi juga stabil secara emosional dan teguh secara spiritual—siap menjadi pemimpin masa depan yang berakhlak mulia dan mencintai Indonesia.