
Banda Aceh – Pemantauan hilal untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah 1446 Hijriah di Aceh berlangsung pada Selasa, (27/5). Salah satu titik observasi utama adalah Observatorium Teuku Chik Kuta Karang di Lhoknga, Aceh Besar.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Aceh dan melibatkan berbagai unsur, di antaranya BMKG, Mahkamah Syariah, akademisi, serta ormas Islam termasuk LDII Provinsi Aceh.
Kepala Kemenag Aceh, Azhari, menyampaikan hilal tidak berhasil terlihat karena tertutup awan. “Sejak matahari terbenam hingga 18 menit setelahnya, hilal belum terlihat karena pengaruh awan tebal,” ujarnya.
“Di Lhoknga tidak nampak. Kawan-kawan yang memantau di Aceh Jaya dan Sabang juga tidak melihatnya hingga batas waktu yang kita perkirakan, yakni pukul 18.52. Awan tebal masih menutupi posisi tersebut,” katanya.
Namun, menurut Azhari, jika cuaca cerah, kemungkinan hilal dapat terlihat. “Tadi sempat kita lihat awan bergeser. Tapi saat posisi terbenamnya matahari, awan tebal menutupi area itu,” tambahnya.
Azhari menegaskan bahwa pihaknya telah menyampaikan laporan ke Kemenag Pusat bahwa hilal tidak tampak di wilayah Aceh, sehingga keputusan akhir akan ditentukan dalam sidang isbat.
Sementara itu, Ketua DPW LDII Provinsi Aceh, Marzuki, mengungkapkan LDII mengirimkan delapan orang perwakilan yang terdiri dari pengurus harian dan dewan pembina untuk turut serta dalam pemantauan.
“Kami dari LDII Aceh mendukung penuh kegiatan ini. Pemantauan hilal adalah wujud komitmen terhadap ketepatan waktu ibadah yang diajarkan dalam syariat Islam,” ujar Marzuki.
“LDII selalu mengedepankan ukhuwah Islamiyah dan siap mengikuti keputusan pemerintah terkait penetapan Hari Raya Idul Adha,” tutupnya.