Surga bukan hanya untuk suami. Surga adalah milik seluruh keluarga yang saling membantu dalam ketaatan.

Oleh: Achmad Mu’min
LDII Aceh – Hidup ini hanya sekali, dan kita tidak bisa mengulanginya. Tidak ada tombol restart atau replay seperti di game. Sekali mati, maka tertutuplah seluruh pintu amal. Yang tersisa hanyalah pertanggungjawaban di hadapan Allah. Dua tempat abadi telah disiapkan, surga dan neraka.
Semua manusia pasti mati. Tidak ada yang bisa menghindari kematian, sekuat apapun usahanya. Kematian datang tanpa kompromi. Ia tidak memandang usia, jabatan, harta, atau kekuasaan. Dan setelah nyawa berpisah dari jasad, saat itulah semua amal perbuatan semasa hidup di dunia akan menjadi penentu nasib akhirat.
Orang-orang beriman yang semasa hidupnya taat kepada Allah, akan masuk surga. Sebaliknya, orang-orang yang kufur, lalai dari perintah Allah, dan hidup tanpa tujuan akhirat, akan merasakan panasnya siksa neraka. Ini bukan ancaman kosong. Al-Qur’an dan hadist dengan sangat jelas menyampaikan hal ini.
Allah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6: “Wahai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Perintah ini dimulai dengan “wahai orang-orang beriman”, artinya Allah langsung berbicara kepada mereka yang mengaku beriman. Dan tugas yang diamanahkan adalah menjaga diri dan keluarga dari api neraka. Bukan hanya menyelamatkan diri sendiri, tapi juga seluruh anggota keluarga.
Suami atau ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki tanggung jawab besar. Ia adalah nahkoda dari kapal rumah tangga. Jika ia lalai, maka ia akan membawa seluruh penumpang—istri dan anak-anak—ke arah kehancuran. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, seorang suami bukan hanya pencari nafkah, tapi juga pembina iman dalam rumah tangga. Ia harus mengajarkan ketaatan, menanamkan cinta kepada Allah dan Rasul, mendidik dengan akhlak yang baik, serta menjauhkan keluarganya dari segala bentuk maksiat.
Banyak suami yang berambisi membuat anaknya sukses secara dunia, jadi dokter, insinyur, atau pebisnis. Tapi lupa menyiapkan anaknya menjadi hamba Allah yang taat. Ini adalah kegagalan kepemimpinan yang sangat fatal. Dunia bukan tujuan akhir. Dunia hanya tempat persinggahan.
Kita tidak ingin melihat anak-anak kita tertawa di dunia tapi menjerit di neraka. Kita tidak ingin melihat istri kita tampil cantik di dunia tapi hangus terbakar di akhirat. Maka bimbinglah mereka, arahkan mereka, dan ajarkan mereka bahwa tujuan utama hidup ini adalah mencari ridha Allah.
Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau bukan hanya Nabi dan Rasul, tapi juga kepala keluarga. Beliau mendidik istri-istrinya dengan lembut, tapi juga tegas dalam hal agama. Beliau membimbing Fatimah, putrinya, dengan ajaran Islam dan kesederhanaan.
Suatu hari Nabi berkata kepada Fatimah, “Wahai Fatimah, beramallah, karena aku tidak dapat menyelamatkanmu dari azab Allah.” Ini menunjukkan bahwa Nabi tidak menjamin keselamatan akhirat keluarganya hanya karena hubungan darah, tapi dengan iman dan amal.
Surga bukan hanya untuk suami. Surga adalah milik seluruh keluarga yang saling membantu dalam ketaatan. Maka jadikan rumah sebagai ladang amal, tempat belajar agama, dan medan dakwah keluarga. Jangan biarkan media sosial, tontonan, atau lingkungan merusak fondasi iman di rumah.
Jika seorang suami tidak menjaga keluarganya dari api neraka, maka ia akan diseret oleh istri dan anak-anaknya di akhirat. Mereka akan berkata, “Kenapa kau tidak ajarkan kami tentang Allah? Kenapa kau biarkan kami lalai?” Dan saat itu, semua penyesalan sudah terlambat.
Sudah saatnya para kepala rumah tangga menata ulang prioritas hidup. Jangan hanya fokus pada materi, tapi pikirkan juga masa depan keluarga di akhirat. Apakah mereka akan bersamamu di surga? Atau terpisah di neraka karena kelalaianmu sebagai pemimpin?
Bimbinglah istri dengan penuh cinta tapi juga tegas dalam nilai agama. Ajak anak ke masjid, bacakan kisah-kisah Nabi, ajarkan doa dan adab, dan bentengi rumah dari tontonan merusak. Tugas ini berat, tapi ganjarannya adalah surga bersama keluarga yang utuh.
Keluarga yang saling mencintai di dunia akan lebih indah bila bersama di surga. Sebaliknya, betapa pilunya jika keluarga yang dulu bahagia di dunia harus berpisah karena salah satu masuk neraka. Maka, jagalah mereka sejak sekarang, sebelum penyesalan datang.
Tak ada karir, proyek, atau investasi yang lebih penting dari investasi iman dalam keluarga. Kebaikan yang ditanam hari ini akan memetik buahnya di akhirat nanti. Jadilah pemimpin keluarga yang tak hanya sukses di dunia, tapi juga mampu membawa keluarganya ke surga.
Dan untuk semua suami dan ayah di luar sana, ingatlah, kalian bukan hanya kepala keluarga, tapi juga penjaga gerbang surga untuk orang-orang yang kalian cintai.