Sebenarnya, cara Allah menolong manusia itu luar biasa. Bukan hanya dengan cara yang kita minta, tetapi bahkan seringkali dengan cara yang lebih baik dari apa yang kita harapkan

Oleh: Achmad Mu’min
LDII Aceh – Setiap manusia punya masalah. Entah itu masalah pribadi, keluarga, sosial, bahkan batiniah yang tidak bisa diungkapkan kepada siapa pun. Ada yang sedang bingung dengan ekonomi keluarga, ada yang tersiksa karena konflik rumah tangga, ada juga yang tertekan karena persoalan pekerjaan. Semua orang punya beban masing-masing.
Dalam menghadapi masalah, wajar jika kita mencoba menyelesaikannya dengan cara-cara yang rasional dan duniawi. Kita bicara dengan teman, curhat ke keluarga, konsultasi ke psikolog, bahkan menyusun strategi dan rencana agar beban itu bisa selesai. Tapi satu hal yang sering kita lupakan peran Allah dalam menyelesaikan masalah itu.
Kebanyakan dari kita baru benar-benar bersujud dan menangis di hadapan Allah ketika semua pintu sudah tertutup. Ketika semua orang yang kita andalkan tidak bisa membantu. Ketika semua strategi gagal. Lalu kita bilang, “Ya Allah, tolong aku.” Pertanyaannya: mengapa kita tidak datang kepada Allah sejak awal?
Padahal, Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Talaq: 2-3).
Ini janji langsung dari Allah. Tapi mengapa kita sering lupa?
Sebenarnya, cara Allah menolong manusia itu luar biasa. Bukan hanya dengan cara yang kita minta, tetapi bahkan seringkali dengan cara yang lebih baik dari apa yang kita harapkan. Kita minta dimudahkan satu hal, tapi Allah beri kita jalan keluar dari banyak hal sekaligus. Kita tidak sadar, karena kita hanya melihat dari satu sisi.
Namun, pertolongan Allah itu bukan datang secara otomatis. Allah menyukai hamba-Nya yang taat dan sabar. Dalam hadis disebutkan:
“Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.” (HR. Tirmidzi).
Artinya, hubungan kita dengan Allah harus terus dijaga, bukan hanya saat terdesak.
Sayangnya, manusia sering menjadikan Allah sebagai “cadangan terakhir” setelah semua upaya gagal. Ini mencerminkan buruknya keyakinan kita kepada Allah. Kita seolah-olah berkata bahwa bantuan manusia lebih nyata dari bantuan Sang Pencipta. Padahal, siapa yang menggerakkan hati manusia untuk membantu kita kalau bukan Allah?
Lebih parah lagi, kita minta pertolongan kepada Allah, tapi di saat yang sama kita masih berbuat maksiat. Kita masih memakan yang haram, melakukan yang dilarang, dan meninggalkan yang diwajibkan. Lalu kita bertanya, “Kenapa doaku belum dikabulkan?” Sungguh ironis.
Dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah bersabda:
“Seorang laki-laki yang lama melakukan perjalanan, rambutnya kusut dan berdebu, ia menadahkan tangannya ke langit dan berdoa, ‘Ya Rabb, ya Rabb,’ sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dikenyangkan dengan yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?”
Pertolongan Allah sangat erat kaitannya dengan ketaatan. Kalau kita ingin Allah memudahkan urusan kita, maka kita pun harus tunduk dan patuh terhadap perintah-Nya. Jangan hanya menginginkan hasil, tapi abai pada proses yang Allah tetapkan.
Allah itu Maha Mendengar. Dia tahu isi hati kita bahkan sebelum kita mengucapkannya. Tapi kita tetap diperintahkan untuk berdoa. Kenapa? Karena doa adalah bentuk pengakuan kita bahwa kita hamba yang lemah dan Allah-lah satu-satunya tempat bergantung.
Ada saatnya pertolongan Allah tidak datang dalam bentuk yang kita inginkan, tapi justru dalam bentuk kesabaran, keteguhan hati, atau bahkan pengalihan dari sesuatu yang buruk. Dalam QS. Al-Baqarah: 216, Allah berfirman:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu; dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Masalah yang datang dalam hidup kita bukan tanda bahwa Allah membenci kita. Bisa jadi itu adalah bentuk kasih sayang-Nya agar kita kembali kepada-Nya. Bukankah saat kita bahagia, kita sering lalai? Tapi saat kita susah, kita justru rajin tahajud.
Cara Allah menolong manusia juga bisa melalui orang-orang di sekitar kita. Teman yang tiba-tiba datang membawa solusi, keluarga yang bersabar dengan kita, atau bahkan pertemuan dengan orang asing yang memberi kita arah. Tapi semua itu dari Allah.
Jika kita ingin terus ditolong oleh Allah, maka mulai sekarang, jadikan Allah tempat mengadu yang pertama, bukan yang terakhir. Bangunlah hubungan yang kuat dengan Allah dalam suka dan duka. Jangan cuma cari Allah saat susah saja.
Jangan berharap rezeki lancar, masalah selesai, dan doa dikabulkan jika kita sendiri masih melalaikan shalat, enggan menunaikan zakat, dan ringan berbuat dosa. Hubungan dengan Allah harus diperbaiki dulu sebelum berharap bantuan-Nya.
Allah juga berfirman dalam QS. Al-Ankabut: 69:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”
Artinya, kita harus menunjukkan kesungguhan dalam ibadah, usaha, dan niat baik kita. Barulah pertolongan Allah datang dalam bentuk yang terbaik, pada waktu yang paling tepat, dan dengan cara yang tak terduga.
Allah menolong manusia dengan cara yang adil, penuh kasih sayang, dan bijaksana. Tapi manusia sendirilah yang harus memulai perubahan dalam dirinya agar layak menerima pertolongan itu.
Mari kita belajar untuk menjadikan Allah sebagai tempat pertama kita mengadu, bukan cadangan terakhir. Karena jika kita mendahulukan Allah, maka Allah akan mendahulukan urusan kita. Wallahu a’lam.