• Home
  • Kontak
  • Tentang Kami
DPW LDII Provinsi Aceh
  • Home
  • Organisasi
    • Tentang LDII
  • Nasional
    Peringati Hari Sumpah Pemuda, LDII Ajak Bangun Karakter Profesional yang Religius dan Cinta Tanah Air

    Peringati Hari Sumpah Pemuda, LDII Ajak Bangun Karakter Profesional yang Religius dan Cinta Tanah Air

    Peringati Hari Santri, DPP LDII Ingatkan Pentingnya Peran Santri di Era Global

    Peringati Hari Santri, DPP LDII Ingatkan Pentingnya Peran Santri di Era Global

    Komdigi dan LDII Siapkan Kerja Sama untuk Tingkatkan Literasi Digital Masyarakat

    Komdigi dan LDII Siapkan Kerja Sama untuk Tingkatkan Literasi Digital Masyarakat

    Ketum DPP LDII: Kolaborasi DPR dan Ormas Mampu Jaga Kualitas Demokrasi

    Ketum DPP LDII: Kolaborasi DPR dan Ormas Mampu Jaga Kualitas Demokrasi

  • Daerah
    LDII Aceh: Hari Santri Momentum Perkuat Peran Pesantren di Era Modern

    LDII Aceh: Hari Santri Momentum Perkuat Peran Pesantren di Era Modern

    LDII Aceh Perkuat Dakwah Era Digital Lewat Pelatihan Pengelolaan Website

    LDII Aceh Perkuat Dakwah Era Digital Lewat Pelatihan Pengelolaan Website

    Wujudkan Suasana Bersih, Remaja LDII Banda Aceh Bersihkan Halaman Masjid Al-Mukmin

    Wujudkan Suasana Bersih, Remaja LDII Banda Aceh Bersihkan Halaman Masjid Al-Mukmin

    LDII Ajak Generasi Muda Aktif Sebarkan Pesan Positif di Media Sosial

    LDII Ajak Generasi Muda Aktif Sebarkan Pesan Positif di Media Sosial

  • DPD LDII se-AcehNew
    • LDII Banda Aceh
    • LDII Lhokseumawe
    • LDII Aceh Tengah
    • LDII Langsa
    • LDII Bener Meriah
    • LDII Pidie
    • LDII Aceh Timur
    • LDII Bireuen
    • LDII Sabang
    • LDII Nagan Raya
No Result
View All Result
  • Home
  • Organisasi
    • Tentang LDII
  • Nasional
    Peringati Hari Sumpah Pemuda, LDII Ajak Bangun Karakter Profesional yang Religius dan Cinta Tanah Air

    Peringati Hari Sumpah Pemuda, LDII Ajak Bangun Karakter Profesional yang Religius dan Cinta Tanah Air

    Peringati Hari Santri, DPP LDII Ingatkan Pentingnya Peran Santri di Era Global

    Peringati Hari Santri, DPP LDII Ingatkan Pentingnya Peran Santri di Era Global

    Komdigi dan LDII Siapkan Kerja Sama untuk Tingkatkan Literasi Digital Masyarakat

    Komdigi dan LDII Siapkan Kerja Sama untuk Tingkatkan Literasi Digital Masyarakat

    Ketum DPP LDII: Kolaborasi DPR dan Ormas Mampu Jaga Kualitas Demokrasi

    Ketum DPP LDII: Kolaborasi DPR dan Ormas Mampu Jaga Kualitas Demokrasi

  • Daerah
    LDII Aceh: Hari Santri Momentum Perkuat Peran Pesantren di Era Modern

    LDII Aceh: Hari Santri Momentum Perkuat Peran Pesantren di Era Modern

    LDII Aceh Perkuat Dakwah Era Digital Lewat Pelatihan Pengelolaan Website

    LDII Aceh Perkuat Dakwah Era Digital Lewat Pelatihan Pengelolaan Website

    Wujudkan Suasana Bersih, Remaja LDII Banda Aceh Bersihkan Halaman Masjid Al-Mukmin

    Wujudkan Suasana Bersih, Remaja LDII Banda Aceh Bersihkan Halaman Masjid Al-Mukmin

    LDII Ajak Generasi Muda Aktif Sebarkan Pesan Positif di Media Sosial

    LDII Ajak Generasi Muda Aktif Sebarkan Pesan Positif di Media Sosial

  • DPD LDII se-AcehNew
    • LDII Banda Aceh
    • LDII Lhokseumawe
    • LDII Aceh Tengah
    • LDII Langsa
    • LDII Bener Meriah
    • LDII Pidie
    • LDII Aceh Timur
    • LDII Bireuen
    • LDII Sabang
    • LDII Nagan Raya
No Result
View All Result
DPW LDII Provinsi Aceh
No Result
View All Result
Home Nasehat

Ketika Akal Terdiam di Hadapan Hikmah Haji

Mukmin by Mukmin
Mei 19, 2025
in Nasehat
0
0
VIEWS
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi yang mampu. Tapi, seiring berjalannya waktu, banyak yang menyadari bahwa "mampu" dalam konteks haji bukan hanya soal logika ekonomi atau kondisi fisik semata.
(Foto: Getty Images/iStockphoto/Aviator70)

Oleh: Achmad Mu’min

LDII Aceh – Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi yang mampu. Tapi, seiring berjalannya waktu, banyak yang menyadari bahwa “mampu” dalam konteks haji bukan hanya soal logika ekonomi atau kondisi fisik semata.

Banyak cerita beredar tentang orang-orang yang secara rasional tampak siap berangkat haji, uang cukup, fisik sehat, bahkan sudah mendaftar. Tapi entah kenapa, mereka tak kunjung berangkat. Sementara itu, ada pula yang secara logika tak memungkinkan, tapi justru diberi jalan mulus.

Fenomena ini menyadarkan kita bahwa haji adalah panggilan ilahi yang melampaui perhitungan manusia. Ada kekuatan tak terlihat yang menentukan siapa yang benar-benar “dipanggil” ke Baitullah.

Bila kita menyelami sejarahnya, haji erat kaitannya dengan ujian iman Nabi Ibrahim yang sangat sulit dipahami akal sehat. Ia meninggalkan istrinya, Hajar, dan anaknya, Ismail, di padang pasir yang gersang.

Secara logika manusia, tindakan Ibrahim seperti membahayakan nyawa keluarganya. Tapi dari sisi iman, itu adalah bentuk ketaatan mutlak kepada perintah Allah.

Di sinilah pelajaran pertama dari haji muncul bahwa iman sejati kadang menuntut kita untuk mengalahkan logika kita sendiri.

Hajar, dalam kondisi kehausan dan ketakutan, berlari-lari dari Shafa ke Marwah mencari air. Tindakan itu terlihat sia-sia. Tapi justru dari langkah yang nampak tak logis itu, air zamzam muncul sebagai karunia ilahi.

Tawaf mengelilingi Ka’bah pun bisa tampak aneh di mata akal. Apa gunanya berjalan memutar sebanyak tujuh kali mengelilingi sebuah bangunan? Tapi haji bukan soal penjelasan rasional, ia soal ketundukan total.

Begitu pula dengan lempar jumrah. Secara kasat mata, kita sedang melempar batu ke tiga pilar beton. Tapi secara makna, itu simbol perlawanan terhadap godaan syaitan.

Di setiap rukun dan rangkaian ibadah haji, kita diajak untuk menanggalkan logika dan membiarkan hati yang memimpin.

Bagi banyak orang, pengalaman haji adalah titik balik kehidupan. Bukan karena ada rumus tertentu yang mereka pelajari, tapi karena proses haji membuka ruang dalam diri untuk menerima hal-hal yang di luar jangkauan akal.

Banyak pula kisah nyata yang membuat kita merenung. Ada orang yang sehat walafiat, olahraga rutin, makan teratur tapi tiba-tiba drop saat menjalani haji.

Sebaliknya, ada orang yang menderita penyakit kronis, dan dokter bahkan melarangnya berangkat. Tapi sesampainya di tanah suci, ia justru sehat, kuat, dan mampu menyelesaikan seluruh rukun.

Bagaimana kita menjelaskan itu dengan akal? Nyaris mustahil. Maka haji mengajarkan bahwa hidup ini bukan sepenuhnya bisa dikontrol oleh rumus dan logika.

Dalam hal finansial pun begitu. Banyak yang merasa tidak akan mampu haji seumur hidup. Tapi tiba-tiba ada rezeki tak terduga, undangan haji, atau bantuan yang datang tanpa diminta.

Sebagian orang bahkan telah mengalokasikan dana haji bertahun-tahun. Namun selalu saja ada halangan yang membuat mereka tak kunjung berangkat. Rasanya seperti sudah sangat siap, tapi tetap saja belum dipanggil.

Maka, siap secara lahir bukan jaminan bahwa seseorang akan berangkat haji. Dan tidak siap secara lahir bukan berarti tertutup pintu ke tanah suci.

Ini menegaskan pelajaran besar dari haji bahwa segala sesuatu kembali kepada kehendak dan kuasa Allah, bukan semata usaha manusia.

Haji juga mengajarkan tentang kesetaraan dan penghapusan ego. Semua orang mengenakan pakaian ihram yang sama, tanpa hiasan dunia.

Secara sosial, ini adalah pelajaran luar biasa bahwa di hadapan Tuhan, semua manusia setara. Tapi secara logika dunia, manusia terbiasa membedakan derajat lewat harta, jabatan, dan status.

Maka, haji adalah momen mengikis ego dan melepaskan kelekatan kita pada identitas duniawi. Rasionalitas kita diuji untuk menerima bahwa kita ini sama rapuhnya di hadapan Tuhan.

Banyak jemaah haji yang pulang dengan kesadaran baru. Mereka merasakan keajaiban-keajaiban kecil di sana yang sulit dijelaskan, tapi sangat membekas.

Bahkan, sebagian mengaku bahwa proses haji lebih banyak mengandalkan rasa dibandingkan rencana. Banyak kejadian tak terduga yang justru membawa makna besar.

Ada yang tersesat dari rombongan, tapi justru bertemu seseorang yang membantunya dengan sangat tulus. Ada yang kehabisan bekal, tapi tiba-tiba mendapat makanan dari orang asing.

Semua ini memberi pelajaran bahwa dalam hidup, logika dan perencanaan penting, tapi tidak bisa menggantikan peran takdir dan keajaiban.

Haji juga menguji kesabaran secara ekstrem, antrian panjang, cuaca panas, keramaian, dan rasa lelah. Tapi justru dari situlah karakter dan ketangguhan jiwa terbentuk.

Kita sering mendewakan rasionalitas, seolah semua bisa dirancang dan dikendalikan. Tapi haji menunjukkan bahwa manusia harus tahu batas.

Di tanah suci, kita dihadapkan pada realitas bahwa tidak semua hal harus bisa dijelaskan. Ada hal-hal yang cukup untuk dijalani dan direnungi.

Justru dalam ketidaktahuan itulah, kita belajar tentang keikhlasan, ketawakkalan, dan hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan.

Maka, ibadah haji bukan sekadar perjalanan fisik menuju Ka’bah, tapi juga perjalanan spiritual menembus batas logika menuju ketundukan sejati. Di sanalah akal belajar untuk patuh, dan hati belajar untuk percaya.

0
ShareTweetSendShareScanShare
Previous Post

Kurban Bukan Sekadar Daging, Tapi Tanda Kesalehan dan Kepedulian

Next Post

Dinasehati? Bersyukurlah, Itu Bukti Allah Masih Sayang

Mukmin

Mukmin

Next Post
Dinasehati? Bersyukurlah, Itu Bukti Allah Masih Sayang

Dinasehati? Bersyukurlah, Itu Bukti Allah Masih Sayang

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Home
  • Kontak
  • Tentang Kami
Kantor: Jl. Prada Utama, Lr. Kelapa No. 6, Banda Aceh Provinsi Aceh.

© 2022 Managed Ldii Aceh

No Result
View All Result
  • Home
  • Organisasi
    • Tentang LDII
  • Nasional
  • Daerah
  • DPD LDII se-Aceh
    • LDII Banda Aceh
    • LDII Lhokseumawe
    • LDII Aceh Tengah
    • LDII Langsa
    • LDII Bener Meriah
    • LDII Pidie
    • LDII Aceh Timur
    • LDII Bireuen
    • LDII Sabang
    • LDII Nagan Raya

© 2022 Managed Ldii Aceh