Banda Aceh – Dalam rangka mendukung penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal 1446 Hijriah, DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mengerahkan lebih dari 450 personel dalam misi nasional pemantauan hilal. Sejak membentuk tim rukyat pada tahun 2014, LDII terus aktif dalam kegiatan pengamatan bulan sabit penentu awal bulan hijriah.
Hal ini disampaikan oleh Ustaz Wilnan Fatahilah, perwakilan dari Departemen Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPP LDII, sekaligus anggota tim rukyat nasional LDII. Dalam keterangannya pada Minggu (13/4/2025), ia menyebutkan bahwa tim LDII tersebar di berbagai wilayah Indonesia untuk memastikan pemantauan berjalan maksimal.
“Untuk hilal awal Ramadan, kami tempatkan tim di 88 titik pemantauan, dan untuk hilal Syawal di 91 titik,” ujar Ustaz Wilnan. Seluruh titik ini juga tercatat sebagai lokasi resmi pemantauan milik Kementerian Agama RI.
Salah satu tantangan besar dalam pengamatan hilal adalah kondisi cuaca. Meski secara astronomis hilal mungkin sudah memenuhi kriteria visibilitas, faktor seperti awan tebal, mendung, atau hujan dapat menghalangi proses pengamatan.
Untuk itu, LDII membentuk tim dengan pelatihan intensif. Tahun ini, lebih dari 450 anggota dari tingkat pusat, wilayah, hingga daerah dilibatkan dalam kegiatan rukyatul hilal. Seluruh personel telah menjalani pelatihan sejak 2014, yang awalnya dilaksanakan di kantor pusat DPP LDII, Jakarta.
Pelatihan tersebut menghadirkan pemateri dari Kementerian Agama seperti Ahmad Izzuddin dan Ismail Fahmi, serta para pakar falakiyah seperti Ustaz Cecep Nurwendaya dan Ustaz Hendro Setiyanto dari Imah Noong, Lembang. Sejak pandemi usai, LDII kembali melanjutkan pelatihan intensif dengan menghadirkan instruktur dari Lajnah Falakiyah NU (LFNU).
Pusat pelatihan dilaksanakan di Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin, dengan fokus utama pada keterampilan praktik, terutama penggunaan alat optik dan teropong untuk pengamatan hilal.
Seiring berkembangnya kemampuan tim di tingkat wilayah, beberapa DPW LDII kini sudah rutin menyelenggarakan pelatihan hisab mandiri. Wilayah seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Sulawesi Utara telah melaksanakan diklat hisab bekerja sama dengan Kanwil Kemenag dan LFNU. Materi yang diajarkan meliputi dasar-dasar hisab dan rukyat versi Mabims lama dan terbaru, teknik menentukan arah kiblat, waktu salat, serta analisis citra hilal menggunakan perangkat lunak komputer.
Tim rukyat LDII juga rutin bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain, seperti BMKG, Kemenag, dan Lajnah Falakiyah NU saat melakukan observasi. Kolaborasi ini dinilai penting untuk meningkatkan akurasi data serta memperkaya diskusi ilmiah antar instansi.
Uniknya, pengamatan hilal oleh LDII tidak hanya dilakukan saat menjelang Ramadan, Syawal, atau Idul Adha saja. Tim juga secara rutin melakukan rukyat di setiap awal bulan hijriah, sebagai sarana pelatihan dan peningkatan kapasitas lapangan.
“Pengamatan ini berlangsung sepanjang tahun. Jadi bukan hanya saat momen besar Islam, tapi juga di bulan-bulan hijriah lainnya, agar tim terus terbiasa dan semakin terampil,” tutup Wilnan.