
BANYAK orang tergelincir dalam perbuatan dosa bukan karena mereka tak tahu, tapi karena mereka salah memandang. Sesuatu yang jelas haram malah dianggap menarik, bahkan terasa wangi. Akibatnya? Mereka terjebak dan makin sulit untuk kembali, meski Allah SWT selalu membuka pintu tobat.
Allah telah menetapkan dengan jelas, yang halal itu baik, yang haram itu buruk. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dia menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan segala yang buruk.” (QS Al-A’raf: 157).
Artinya, kalau kita hidup dengan komitmen mencari yang halal, kita sedang menapaki jalan kebaikan. Dan atas izin Allah, kebaikan itu akan kembali ke kita. Sebaliknya, kalau seseorang gemar mengambil yang haram, maka sejatinya dia sedang mengumpulkan keburukan yang entah kapan akan menimbulkan musibah.
Karena itulah kita perlu terus menanam kebaikan dalam hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Suci dan tidak menerima kecuali yang suci.” (HR Bukhari)
Maka jelas, jika seseorang menjalani hidup tanpa peduli mana yang halal dan mana yang haram, apalagi menuruti hawa nafsu dengan menghalalkan yang dilarang, amalnya tidak akan diterima. Allah hanya menerima amal yang dilandasi iman dan dilakukan dengan cara yang bersih.
Bahkan, doa pun bisa tak didengar jika yang kita makan, minum, pakai, dan nikmati berasal dari sesuatu yang haram.
Rasulullah SAW pernah menceritakan tentang seseorang yang sedang dalam perjalanan jauh, penampilannya lusuh dan penuh debu. Ia menengadahkan tangan ke langit dan berdoa, “Ya Rabb, Ya Rabb.” Tapi makanan, minuman, dan pakaiannya berasal dari hal haram. Maka Rasulullah bertanya, “Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR Bukhari)
Ini jadi pelajaran besar. Sekalipun seseorang pergi ke tempat paling suci, melakukan ibadah di tempat mustajab, jika hidupnya dibiayai dari yang haram, maka doanya bisa tertolak.
Kalau direnungi, kita akan sadar bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa diraih jika kita patuh pada aturan Allah dan Rasul-Nya. Islam bukan sekadar agama, tapi panduan hidup. Jadi, tugas kita adalah menjaga diri agar tetap di jalur halal dan menjauh dari segala bentuk keharaman.
Orang-orang yang beruntung, menurut Allah, adalah mereka yang beriman, bertakwa, dan beramal saleh. Mereka bisa membedakan mana yang benar-benar baik dan mana yang hanya terlihat menarik tapi sejatinya merusak.
Sebaliknya, orang yang membenarkan yang haram dan menikmatinya, bisa jadi tak pernah merasakan ketenangan hidup. Lihat saja mereka yang korupsi, berbuat zina, atau melakukan dosa besar lainnya di akhir hidup, banyak dari mereka harus menanggung malu dan penderitaan. Bukan cuma dirinya, tapi juga keluarganya ikut merasakan akibatnya.
Karena itu, kalau kita ingin hidup kita selamat dunia dan akhirat, pastikan selalu memilih yang halal dan menjauhi yang haram. Itu pula yang dicontohkan oleh para sahabat Rasul.
Salah satu kisah yang terkenal datang dari Abu Bakar Ash-Shiddiq. Suatu hari ia minum susu yang diberikan oleh budaknya. Setelah tahu bahwa susu itu berasal dari pekerjaan yang tidak jelas kehalalannya, Abu Bakar langsung memuntahkannya. Ia bahkan memasukkan jarinya ke tenggorokan agar isi perutnya keluar.
Ia lalu berdoa, “Ya Allah, aku mohon ampun atas apa yang telah sampai ke pembuluh darahku dan tercampur dalam tubuhku.” (HR Bukhari)
Lihat bagaimana kehati-hatian Abu Bakar terhadap hal yang haram. Itu menunjukkan betapa pentingnya menjaga kebersihan hati dan tubuh dari apa pun yang dilarang oleh Allah.