
Banda Aceh – DPW Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Aceh menggelar audiensi dengan Tim Densus 88 AT Polri Wilayah Aceh di sebuah rumah makan di Banda Aceh, Rabu (19/2). Pertemuan ini membahas kolaborasi antara LDII dan Densus 88 dalam upaya pencegahan radikalisme dan terorisme di Aceh.
Dalam audiensi tersebut, hadir Ketua DPW LDII Provinsi Aceh Tgk Marzuki, Wakil Ketua Firmansyah, Sekretaris Agam Safriadi, dan Biro Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) Abdul Salam. Sementara itu, dari pihak Densus 88, turut hadir Anggota Tim Pencegahan Satgaswil Aceh Densus 88 AT Polri Alfis Muhammad dan Muhammad Chandra Putra, serta Anggota Tim Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Satgaswil Aceh, Reza Pahlevi dan Kurniawanto.
Ketua DPW LDII Aceh, Tgk Marzuki, menyambut baik inisiatif dari Tim Densus 88 yang menggagas pertemuan ini sebagai bentuk silaturahim dan pertukaran informasi. Ia berharap pertemuan ini dapat menjadi langkah awal untuk kerja sama lebih lanjut dalam pencegahan terorisme dan radikalisme.
“Kami menyambut baik silaturahmi dan sharing ini. Harapannya, setelah ini ada program lanjutan yang bisa kita kolaborasikan demi mencegah paham radikal berkembang di Aceh,” ujar Tgk Marzuki.
Senada dengan itu, Anggota Tim Pencegahan Satgaswil Aceh Densus 88 AT Polri, Alfis Muhammad, menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan LDII. Ia menekankan pentingnya edukasi bagi masyarakat agar tidak terjerumus dalam paham radikal dan aksi terorisme.
“Jika memungkinkan, kami akan mengadakan program bersama, seperti sosialisasi bahaya radikalisme, intoleransi, dan terorisme. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih memahami ancaman yang ada dan tidak mudah terprovokasi oleh ajakan kelompok tertentu,” kata Alfis Muhammad.
Sementara itu, Wakil Ketua DPW LDII Aceh, Firmansyah, menambahkan bahwa salah satu faktor yang dapat mendorong seseorang terjerumus dalam tindakan kriminal, termasuk radikalisme, adalah kondisi ekonomi yang sulit.
“Kadang, seseorang bisa tergoda melakukan tindakan kriminal karena faktor ekonomi. Ketika mereka merasa tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup, bisa saja mereka mengambil jalan pintas yang keliru,” jelas Firmansyah.








