
Banda Aceh – Lanjutan Liga Inggris pada Sabtu (23/11) mempertemukan Manchester City dengan Tottenham Hotspur, menghasilkan kejutan besar. Sang juara bertahan Premier League musim lalu harus menelan kekalahan telak 0-4 di kandang sendiri. Kekalahan ini menjadi pukulan berat bagi skuad asuhan Pep Guardiola.
Tottenham tampil agresif sejak awal pertandingan dan tidak memberi ruang bagi Man City untuk bangkit. James Maddison menjadi bintang dengan dua gol cepat, masing-masing di menit ke-13 dan menit ke-20, yang membuat publik Etihad terdiam. Pedro Porro menambah penderitaan tuan rumah lewat gol pada menit ke-52, dan puncaknya datang dari gol di masa injury time yang dicetak Brennan Johnson pada menit ke-90+3.
Bagi Manchester City, ini merupakan kekalahan kelima berturut-turut, tiga di antaranya terjadi di Premier League. Hasil buruk ini memperburuk posisi mereka di klasemen sementara. Dengan 23 poin, The Citizens kini tertinggal enam poin dari pemuncak klasemen, Liverpool. Kekalahan ini semakin mempersulit upaya mereka untuk memangkas jarak dengan The Reds, yang diprediksi akan menambah poin penuh kala menghadapi Southampton pada Minggu (24/11).
Man City juga menghadapi ancaman lebih besar saat melakoni laga tandang melawan Liverpool di Anfield pada Minggu (1/12). Banyak yang memprediksi Liverpool akan meraih kemenangan di laga tersebut, memperlebar jarak mereka di klasemen dan semakin menjauhkan City dari peluang juara.
Guardiola di Bawah Tekanan: Lempar Handuk atau Sekadar Merendah?
Pep Guardiola, pelatih yang selama ini dikenal dengan strategi tiki-taka yang memukau, kini menjadi sorotan utama. Kekalahan beruntun ini menjadi situasi terburuk sepanjang karier kepelatihannya, meskipun ia mengaku pernah mengalami masa sulit serupa saat masih aktif bermain.
Dalam wawancaranya yang dikutip dari Daily Mail, Guardiola mengungkapkan pesimismenya menjelang laga melawan Liverpool di Anfield. Ia mengindikasikan bahwa hasil negatif di pertandingan tersebut hampir pasti akan mengukuhkan Liverpool sebagai juara Premier League musim ini. Namun, pernyataannya memunculkan perdebatan—apakah ini adalah tanda menyerah atau sekadar bentuk kerendahan hati?
Meski demikian, ada pula yang menilai Guardiola masih menyimpan harapan, meski kecil, untuk bangkit dari keterpurukan. Tantangan terbesar bagi Guardiola adalah bagaimana mengembalikan kepercayaan diri para pemainnya dan mengubah tren negatif ini menjadi momentum kebangkitan.
Dengan tekanan yang terus meningkat, pertandingan berikutnya akan menjadi ujian nyata bagi Guardiola dan pasukannya. Apakah mereka mampu keluar dari krisis, atau justru semakin terpuruk di musim ini? Waktu yang akan menjawab.