
Banda Aceh – Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), KH Chriswanto Santoso menegaskan Hari Kesaktian Pancasila memiliki makna penting sebagai momentum sejarah dalam memperkuat persatuan bangsa Indonesia yang beragam. Menurutnya, Pancasila telah terbukti menjadi ideologi yang mampu menyatukan perbedaan suku, agama, ras, dan golongan yang merupakan fondasi dari bangsa Indonesia.
“Hari Kesaktian Pancasila menandai pentingnya ideologi yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Pancasila mampu mengakomodasi keberagaman Indonesia dan tetap berdiri kokoh meskipun ada upaya untuk menggantinya dengan ideologi lain, seperti yang terjadi pada peristiwa 30 September,” ujarnya. Pada saat itu, Pancasila berhasil mengatasi ancaman dari ideologi komunisme yang berusaha menggesernya.
Dalam memperingati Hari Kesaktian Pancasila, KH Chriswanto mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bersyukur serta terus mempertahankan dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila demi menjaga persatuan dan keutuhan bangsa. “Pancasila adalah perekat yang menyatukan keragaman dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” katanya.
Lebih lanjut, KH Chriswanto menyampaikan LDII telah mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Pancasila. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga negara, seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
“Melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan MPR, LDII berencana melaksanakan program sekolah virtual kebangsaan untuk menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila, mengedukasi tentang keanekaragaman, dan menjaga keutuhan NKRI,” tambahnya.
KH Chriswanto juga menekankan Pancasila sebagai ideologi negara adalah kunci untuk meminimalisir permasalahan kebangsaan yang dapat mengancam persatuan. “Dengan meningkatkan kesadaran terhadap Pancasila, masyarakat akan lebih mampu menjaga keutuhan bangsa di tengah perbedaan yang ada,” tuturnya.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, LDII terus bersinergi dengan pemerintah dan lembaga terkait dalam menjaga dan mempromosikan nilai-nilai Pancasila. KH Chriswanto menjelaskan LDII telah memprioritaskan program kebangsaan sebagai agenda utama dalam berbagai kerja sama dengan lembaga negara, termasuk Kejaksaan, MPR, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), TNI, dan Polri.
“Stabilitas Indonesia sangat penting, dan karena itu, LDII berupaya memastikan ideologi Pancasila dipahami dan diinternalisasi oleh seluruh lapisan masyarakat,” jelasnya.
Mengenai masa depan Pancasila, KH Chriswanto menaruh harapan besar pada generasi muda. Ia berharap generasi penerus bangsa dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Sosialisasi tentang kebangsaan dan Pancasila harus terus dilakukan agar keutuhan NKRI tetap terjaga. Generasi muda perlu menyadari bahwa Pancasila adalah ideologi yang melindungi keberagaman, menjamin keadilan sosial, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia,” tambahnya.
Ideologi Sakti yang Bertahan di Tengah Ancaman Modern
Sementara itu, Ketua DPP LDII, Singgih Tri Sulistiyono, menjelaskan bahwa peringatan Hari Kesaktian Pancasila menggarisbawahi pentingnya Pancasila sebagai landasan bangsa yang plural dan majemuk.
“Peringatan ini menjadi pengingat atas kekuatan ideologi Pancasila dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap kesatuan bangsa, termasuk keberhasilan dalam menggagalkan upaya kudeta Gerakan 30 September (G30S) yang diduga didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965,” katanya.
Singgih, yang juga merupakan Guru Besar Sejarah di Universitas Diponegoro, menegaskan bahwa Pancasila telah terbukti bertahan melalui berbagai fase sejarah Indonesia, termasuk di era demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin. “Upaya mengganti Pancasila selalu berakhir dengan kegagalan, menunjukkan betapa kuatnya ideologi ini sebagai dasar negara,” jelas Singgih.
Ia juga menjelaskan perbedaan antara Hari Kesaktian Pancasila dengan Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.
“Hari Lahir Pancasila merayakan kelahiran Pancasila sebagai ideologi negara pada tahun 1945, sementara Hari Kesaktian Pancasila memperingati kemenangan ideologi ini atas ancaman dari ideologi lain yang mencoba menggantikannya,” jelasnya.
Singgih menambahkan Pancasila memiliki makna simbolis yang kuat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. “Indonesia sebagai negara yang plural berhasil menciptakan harmoni di bawah payung Pancasila, meskipun terdiri dari beragam suku, agama, dan golongan,” ujarnya.
Di era modern ini, tantangan terhadap Pancasila semakin beragam, termasuk ancaman dari ideologi transnasional yang berpotensi mengganggu integrasi bangsa.
“Namun, Pancasila tetap relevan dan menjadi benteng dalam menghadapi ancaman-ancaman tersebut. Oleh karena itu, penting untuk terus menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan keteladanan, agar masyarakat dapat membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila,” pungkasnya.