Banda Aceh – Setiap tanggal 22 April, seluruh warga dunia merayakan Hari Bumi. Tahun ini, tema Hari Bumi adalah “Planet vs Plastic.” Hal ini dimaksudkan untuk menyoroti masalah besar yang dihadapi oleh bumi karena krisis plastik yang semakin parah, yang bisa membahayakan kesehatan manusia dan masa depan planet ini.
“Plastik, sebuah materi yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, kini menghadirkan ancaman serius bagi keseimbangan ekosistem bumi,” Ketua DPP LDII, Edwin Sumiroza kata Edwin dalam keterangannya pada Minggu (21/4).
Banyak orang di seluruh dunia berusaha keras untuk mengurangi dan mendaur ulang sampah plastik. Meskipun begitu, jumlah sampah plastik terus saja bertambah tanpa terkendali. LDII juga ikut ambil bagian dalam upaya mengurangi sampah plastik dengan melaksanakan berbagai kegiatan lingkungan.
“Kondisi sampah plastik telah mencapai tingkat darurat dari hulu hingga hilir,” ujar Edwin yang juga aktivis penyelamat terumbu karang itu.
Dalam menghadapi masalah ini, Edwin mendorong mendorong masyarakat untuk benar-benar melakukan langkah-langkah sederhana seperti mengurangi penggunaan, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang barang-barang di kehidupan sehari-hari.
“Perlu disadari bahwa plastik bersifat toksik dan memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai oleh alam. Namun, volume plastik terus bertambah di sekitar kita, mengancam kehidupan manusia serta flora dan fauna. Oleh karena itu, kesadaran akan bahaya plastik harus ditingkatkan secara masif,” ujar Edwin.
Dia menyoroti betapa pentingnya mengadakan kegiatan dakwah tentang lingkungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak buruk plastik terhadap kehidupan.
“Implementasi konsep reduce, reuse, recycle harus diawasi dengan ketat dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, komunitas, masjid, dan pondok pesantren. Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait menjadi kunci dalam upaya ini,” tuturnya.
Dia menekankan pentingnya masyarakat menjaga kesehatan bumi supaya anak cucu punya tempat tinggal yang nyaman di masa depan.
“Langkah-langkah konkret dan kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk mewujudkan perubahan positif dalam melawan krisis plastik global ini,” tandasnya.
Ia juga menyoroti peran penting generasi muda dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. “Kami ingin memantik atau memotivasi generasi muda LDII terhadap isu lingkungan hidup. Kita berpartisipasi aktif di bidang lingkungan hidup maka manfaatnya bukan hanya untuk menyelamatkan keluarga, atau Jakarta, atau Indonesia, tapi kita menyelamatkan dunia,” ucap Edwin.
Dengan serangkaian upaya ini, LDII berkomitmen untuk menjadi bagian dari solusi atas krisis sampah plastik yang semakin memburuk. Mereka percaya bahwa langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten oleh setiap individu dapat membawa perubahan besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.
Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menuturkan masalah sampah plastik adalah sebuah tantangan yang tak dapat diabaikan. Ia pun merujuk data dari National Plastic Action Partnership menunjukkan bahwa pada tahun 2020, volume sampah plastik di Indonesia mencapai angka yang mengkhawatirkan, 6,8 juta ton per tahun dan terus tumbuh sebesar 5 persen setiap tahunnya.
“Persoalan sampah itu seharusnya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, karena sampah itu berawal dari kita masyarakat, dan kita yang berada di ujung itu harus melakukan pemilahan secara bijak,” kata KH Chriswanto.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2019 saja, timbunan sampah di Indonesia mencapai 67,8 juta ton per tahun, dengan plastik menyumbang sebesar 15% dari totalnya. Untuk mengatasi hal ini, LDII telah mengambil langkah-langkah konkrit.