Banda Aceh – Pondok Pesantren Wali Barokah di Kota Kediri, Jawa Timur, mengadakan diskusi tentang buku berjudul ‘Politik Pertahanan’ karya Juru Bicara Menteri Pertahanan, Dahnil Anzar Simanjuntak pada Senin (27/11). Lebih dari 1.000 santri dan pengurus LDII turut hadir dalam acara tersebut.
Ketua Umum DPP LDII, KH Chriswanto Santoso, menyampaikan bahwa literasi mengenai wawasan kebangsaan penting tidak hanya di lingkungan kampus, tetapi juga di pondok pesantren. Bedah buku ini dianggap sejalan dengan prioritas utama LDII dalam delapan program kerjanya, khususnya terkait kebangsaan.
Menurut KH Chriswanto, setiap warga negara Indonesia memiliki peran dalam menjaga stabilitas nasional, termasuk pondok pesantren yang turut terlibat. Tujuan acara ini adalah agar para santri memahami nilai kebangsaan, mengingat mereka juga merupakan bagian dari pertahanan negara.
Dahnil Anzar Simanjuntak, dalam paparannya mengenai ‘Politik Pertahanan’, menjelaskan kebijakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Dia menekankan pertahanan negara tidak hanya bersifat militer, melainkan juga melibatkan aspek nirmiliter dan hibrida. Buku ini membahas ketahanan dalam berbagai aspek seperti ekonomi, budaya, digital, dan pangan.
Dahnil menjelaskan setiap warga negara dapat berkontribusi dalam pertahanan negara sesuai dengan bidang yang ditekuni. Contohnya, dalam konteks digital, para santri dapat aktif dalam pertahanan digital melalui media sosial. Dia juga menyoroti risiko pemilik data dalam era kecerdasan buatan, di mana data dapat dimanipulasi untuk menciptakan informasi palsu.
Dahnil menyambut baik inisiatif Pondok Pesantren Wali Barokah dan DPP LDII yang menggelar bedah buku ini. Dia menegaskan peran penting pesantren sebagai modal kemerdekaan Indonesia, dengan kyai, santri, dan pesantren sebagai garda terdepan pertahanan negara.
Pemaparan buku ‘Politik Pertahanan’ juga dibahas oleh tiga pembahas, yaitu Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Politik Mayjen TNI Nugroho Sulistyo Budi, Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro Singgih Trisulistiyono, dan Dosen Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Ardito Bhinadi.
Mayjen TNI Nugroho Sulistyo Budi menyoroti hubungan antara politik dan pertahanan negara. Dia mengungkapkan pengambilan keputusan terkait pertahanan tidaklah sederhana, dan seringkali diabaikan saat situasi aman. Dia menekankan bahwa buku Dahnil tidak hanya membahas politik pertahanan, tetapi juga ketahanan pangan, siber, dan keamanan maritim.
Singgih Trisulistiyono menambahkan perspektif sejarah, mengingatkan bahwa pertahanan yang lemah dapat menyebabkan kehancuran sebuah negara. Dia mengajak untuk tidak hanya belajar sejarah, tetapi juga belajar dari sejarah demi membangkitkan semangat kebangsaan dan nasionalisme.
Ardito Bhinadi, sebagai pembahas ekonomi, menyoroti aspek ekonomi dalam buku tersebut. Dia menyatakan bahwa keterpurukan ekonomi bisa dipicu oleh wabah penyakit, seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19. Ardito juga mencatat bahwa geopolitik dan geoekonomi Indonesia harus dipahami dalam konteks politik pertahanan.
Diskusi ini menggarisbawahi pentingnya keterlibatan masyarakat, termasuk santri, dalam isu-isu pertahanan. Pesan akhirnya adalah bahwa politik pertahanan bukan hanya tanggung jawab elite politik, tetapi juga masyarakat yang menjadi bagian dari Sistem Pertahanan Rakyat Semesta.