BULAN Ramadhan memang sudah berlalu. Meninggalkan manusia sebagai hamba yang lemah dan lupa lagi mudah berbuat dosa. Sebagai hamba Allah yang harus kembali mempertahankan keimanan dan ketaqwaaan yang sempat naik selama di bulan Ramadhan.
Karena pada umumnya konsistensi ibadah manusia ketika di luar Ramadhan sepertinya sulit untuk meningkat, akan tetapi sangat mudah jatuh dan menurun drastis ke titik yang paling rendah.
Bagaimana tidak? Tempat dan para pelaku dosa dan maksiat kembali beroperasi baik di siang hari maupun di malam hari, cenderung semakin marak dan ramai.
Sedangkan ceramah agama, pengajian dan tontonan islami yang begitu banyak di tayangkan di berbagai media sebagai media peningkatan keimanan kini nyaris hilang, suasana ibadah di mesjid saat ini tidak lagi semarak.
Selain itu, ukhuwah islamiyah dan insaniyah yang mudah renggang serta kerukunan gampang diganggu karena hawa nafsu mudah terprovokasi tidak ada yang mengingatkan lagi dengan kata-kata ana shooimun.
Hanya hamba Allah yang suci yang dapat menjaga ketakwaannya, bukan hanya untuk kepentingan pribadinya tetapi untuk masyarakat lainnya. Siapakah hamba Allah yang fitrah ini?
Para penasehat agama menjelaskan tentang hamba-hamba Allah yang fitrah ini dikaitkan dengan ukhuwah dan kerukunan.
Dijelaskan bahwa kembali pada fitri (suci) setelah sebulan penuh beribadah puasa di bulan Ramadhan bersumber dari ayat Alquran surat Ar-Rum ayat 30 yang artinya: “Maka hadapkanlah dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah pada) fitrah Allah yang telah menjadikan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Jadi setiap umat Islam tetap harus menjaga konsistensi ibadah termasuk keimanan dan ketakwaannya walaupun di luar bulan Ramadhan.
Harus tetap menegakkan lurus agamanya Allah dengan setegak-tegaknya. Walaupun terkadang banyak sekali gangguan dan godaan yang datang silih berganti mencoba untuk menggoyahkan keimanan kita. (m)